Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Selasa, 30 Maret 2010

DIVISI MUSIK SARANG SEMUT TEKUNI ALIRAN ETHNIK PROGRESIVE


Dengan di dorong oleh semangat keingintahuan para crue UKM Seni sarang semut kini untuk divisi Musik sarang Semut kembali untuk menerobos celah rasa penasaran dan rasa keingin tahuan untuk mengembangkan musik tradisi yang juga bercampur dengan model garapan atau aransemen musik modern. Musik Ethnik Progresive ini merupakan sebuah seni yang dapat membangkitkan semangat para pendengar bahwa merekan juga bukan hanya mendengarkan musik modern itu sendiri namun juga bercampur dengan musik berbau tradisi. dalam hal ini mungkin masyarakat pada umumnya mengatakan ini suatu hal yang baru Namun jenis musik ini sebenarnya sudah muncul sejak lama hanya saja masih belum bisa menyaingi pasar. namun tidak terlalu berprofesi pada Provide Oriented jenis musik ini akan tetap berkembang demi tercapainya sinergisitas antara musik modern serta musik tradisi. Good Luck Teman2...

Rabu, 03 Maret 2010

SEMARAK PARADE TEATER KALBAR 2010


Pekerja seni teater di Pontianak terus berkarya di tengah keterbatasan fasilitas dan perhatian pemerintah. Jabat erat antarmereka, dan mengampanyekan masyarakat cinta teater membulatkan tekad pekerja seni tersebut membuat gawe akbar ’Parade teater’ untuk pertama kali.

Jangan membayangkan nonton teater di kursi empuk ditemani satu mangkok popcorn jika Anda pergi ke menonton parade teater di gedung Olah Seni Taman Budaya jalan A Yani Pontianak.
Gelar karpet merah dengan ruangan yang wangi dan perangkat audio yang mumpuni dan udara dingin dari pendingin udara yang memadai, masih jauh diharapkan.
Ubin putih ruangan itu tidak bersih lagi. Bercak coklat bekas lumpur dari air yang mengenang di depan gedung yang terletak di Komplek Taman Budaya itu belum kering.
Genangan air bekas hujan lebat yang mengguyur kota Pontianak Rabu malam lalu masih tersisa. Siang itu suasana gedung masih lenggang. Di bagian depan hanya menunggu kursi sofa tua berwarna merah yang termakan usia dan nyaris ambruk.
Beberapa orang di dalam gedung tampak tengah menyiapkan seting panggung untuk pementasan pada Kamis (29/1) malam yang akan dilakoni Sanggar Teater Sang Sylva Fakultas Kehutanan Untan dengan judul ’Bisa Buat Api Dak’. Mereka menyiapkan setting panggung di tengah ketemaraman gedung dengan lampu seadanya.
Parade Teater yang digelar Forum Masyarakat Teater (Format) Kalbar itu digelar hingga hampir tiga pekan mulai 19 Januari hingga 9 Februari nanti dengan menampilkan 10 teater dari berbagai unsur. Mulai dari kelompok teater pelajar, mahasiswa, hingga umum.
Para penampil yang menunggu giliran pementasan selanjutnya yakni Teater Pitung SMAN 8 Pontianak (malam ini/Sabtu malam), Sanggar Seni Abunawas SMAN I Sungai Raya (1 & 2 Februari), Teater Masker (3 & 4 Februari), Komsan STAIN Pontianak (5 & 6 Februari), Parodi Format All Artis (7 Februari), dan lainnya
Minim Fasilitias tak berarti miskin kreatifitas. Banyak yang bilang, penampilan para kelompok teater tersebut berkualitas. Bagi dari segi nilai estetika, dialog, kemasan, maupun tata panggung.
Contohnya saja seperti yang dipentaskan oleh Teater Pitung SMAN 8 Pontianak dengan judul Mentang-Mentang dari New York karya Nursam Marindra. ”Naskah yang dibawakan cukup berkualitas,” kata Ketua Forum Masyarakat Teater (Format) Kalbar Mugiono.
Penonton yang menyaksikan parade teater yang digelar setiap hari mulai pukul 19.15 dengan tiket sebesar Rp5.000 ini juga tergolong ramai. Setiap hari rata-rata penonton yang memadati gedung berjumlah 200 orang.
Bahkan saat pementasan teater dari Sanggar Seni Pituah Enggang SMAN 8 Pontianak dengan judul ’Negeri ABG’ panitia sampai menggelar tikar dan koran untuk penonton karena kursi yang tersedia sekitar 250-an telah penuh.
”Begitulah kondisi gedung teater kita. Tidak memadai sebagai gedung pertunjukkan. Panas dan pengap dengan kapasitas yang memadai. Dua puluh menit mereka duduk langsung kegerahan. Semua berkipas. Sudah pengen keluar, padahal niat mereka masih ingin menyaksikannya hingga habis,“ kata Mugiono.
„Maunya pekerja seni, gedung teater kita layaknya bioskop 21. Penonton betah berlama-lama duduk menyaksikan pertunjukkan hingga habis,“ ujarnya.
M Faozi Yunanda, ketua Panitia Parade Teater 2009 mengatakan bahwa di tengah keprihatinan tersebut tidak menyurutkan komunitas teater untuk berkarya.
„Pernah mengusulkan pembiayaan untuk pementasan acara ini ke pemerintah, tapi ditolak dengan alasan sudah tidak ada dana lagi. Tidak ada pos anggarannya,“ ujar pria yang karib disapa Ozi ini.Parade ini, kata Ozi, menjadi ajang besar bagi para pekerja seni khususnya teater sebagai ajang silaturahmi. „Kami juga punya misi dengan menggelar parade ini agar masyarakat Kalbar umumnya dan Pontianak khususnya membiasakan untuk menonton dan menikmati teater,“ ujarnya.